YU SING ARCHITECT INDONESIA
YU SING dan KARYANYA SPEKTAKULER
http://rumah-yusing.blogspot.com/
http://rumah-yusing.blogspot.com/2012/06/tentang-yu-sing.html
http://rumah-yusing.blogspot.com/2012/06/tentang-yu-sing.html
Yu Sing-architect|Indonesia
Yu Sing was
born in Bandung - West Java, Indonesia in 1976. He has started his career as an
architect since 1999, right after he graduated from the School of Architecture
- Bandung Institute of Technology. He established his current studio ‘akanoma’
(abbreviation of ‘akar anomali’) in 2008.
The name of
the studio ‘Akar anomali’ (‘akar’ means root and ‘anomali’ means anomaly)
emphasizes their commitment to be always deeply rooted in Indonesian cultural
and local values to come up with the best design solutions for their clients.
Yu Sing strongly believes that his profession should be able to contribute
something positive to people, regardless of their social strata. Hence
akanoma’s decision to assist in designing good and affordable houses with
equally affordable design fees, especially for those who are not yet qualify as
part of Indonesian ‘middle class’ society.
Yu Sing
writes articles in his blog and for magazines, as well as conducting a lot of
workshops and seminars in some campus and communities in various cities in
Indonesia (Bandung, Yogyakarta, Solo, Jakarta, Pontianak, Semarang, Medan,
Surabaya, Makassar, Malang, Bali, and Banjarmasin), where he urges a lot of
other young architects and students to do something positive for the society
through their profession, too.
Public
discussions are opened through blog, emails, and social medias. Yu Sing also
wrote a book titled ‘Mimpi Rumah Murah’ (dream of affordable houses) in 2009.
Together with his colleagues Prima Rusdi and Mandy Marahimin, they initiated a
philanthropic project ‘papan untuk semua’ (home for all) through crowd funding
wujudkan.com, which rallies on housing and public spaces for lower income
people.
INILAH YANG LAGI NGEHIT GAN,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!!!!! SALAM SUKSES
Salam sukses dari samsul, buat kita
semua, kali ini saya akan membahas Arsitek serta karyanya lo gan, Arsitek yang
saya ambil adalah Yu Sing, salah satu arsitek yang mendunia dan Spektakuler
Pastinya. Langsung aja gan ini Artikel pada pembahasan kali ini.
karya ini adalah kelanjutan dari sayembara tertutup
wika (wijaya karya) leadership center di pasir angin, gadog, bogor. Studio
akanoma dipilih dari 5 tim konsultan arsitek lain untuk mengembangkan perbaikan
desainnya. Setelah ditentukan bahwa proposal akanoma yang dipilih, memang
banyak masukan dari pemberi tugas untuk memperbaiki proposal desainnya.
Perbaikan utama ada mengenai ruang lingkup dan lokasi bangunan. Semula
bangunan2 diusulkan di sekitar lembah dipindahkan ke bukit terdekat dari area
parkir. Beberapa fungsi bangunan digabungkan dalam satu gedung agar menghemat
anggaran dan ruang-ruangnya dapat segeradigunakan.
Proposal perbaikan ini mencakup fungsi auditorium, ruang inovasi & cross culture, perpustakaan, & ruang sejarah wika yang multifungsi. Keistimewaan lahan yang dapat melihat cukup jelas 3 gunung di sekitarnya: gede, pangrango, salak diekspresikan ke dalam bangunan seperti gunung dengan 3 puncak di atasnya. Denah bangunan sendiri menyerupai sosok semar salah 1 tokoh punokawan.
Proposal perbaikan ini mencakup fungsi auditorium, ruang inovasi & cross culture, perpustakaan, & ruang sejarah wika yang multifungsi. Keistimewaan lahan yang dapat melihat cukup jelas 3 gunung di sekitarnya: gede, pangrango, salak diekspresikan ke dalam bangunan seperti gunung dengan 3 puncak di atasnya. Denah bangunan sendiri menyerupai sosok semar salah 1 tokoh punokawan.
MENGEJAWANTAH FILOSOFI PUNOKAWAN
Simbol, bentuk, dan komposisi bangunan ini selalu
ingin menyiratkan makna agar nantinya bisa mewadahi pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Teks: Writer House | Fotografi
: Bambang Purwanto | Arsitek : Studio Akanoma | Lokasi
: Bogor
Wikasatrian adalah nama yang dipilih untuk memaknai
keseluruhan aktivitas yang diwadahi oleh bangunan yang desainnya melalui
sayembara desain. Bukan sekedar bangunan dengan ruang-ruang besar seperti
kelas untuk mewadahi kegiatan pelatihan atau seminar disini, tetapi setiap fase
ruang dalam bangunan dan ruang luarnya menyuguhkan satu sensasi ruang yang
berbeda dan menggugah rasa.
Filosofi itu berangkat dari proses desain yang ingin
menghadirkan karakter Indonesia yang sejujurnya tanpa harus menjadi artifisial
yang secara acak mengambil elemen atau motif tradisional. Sayembara desain
bangunan ini dimenangkan oleh Studio
Akanoma dengan arsitek Yu sing yang ingin sebuah bangunan yang artistik
dan juga fungsional tanpa harus terjebak dalam tatanan dekoratif semata.
Sejak awal konsep kearifan Indonesia dipahami dalam
tiga unsur utama, religiusitas, pengharkatan, dan pelestarian. Wijaya Karya
sebagai klien yang menggagas bangunan ini tertarik dengan elaborasi konsep
Indonesia dan kreativitas yang dibuat oleh Yu Sing dan
tim Studio Akanoma. Kearifan karakter Indonesia justru kemudian ditemukan
pada wayang Punakawan yang juga memiliki kedalaman filosofi dalam
tingkah lakunya.
Seni bertutur wayang yang tidak ternilai muncul
sebagai mahakarya kaliber dunia yang memiliki kedalaman nilai-nilai tentang
kehidupan dan kepemimpinan. Makna itulah yang kemudian diwujudkan dalam bentuk
bangunan berkarakter milik Wijaya Karya yang nantinya akan mewadahi kegiatan
pelatihan-pelatihan karyawan dan juga publik. Fungsi pendidikan yang
menemani proses berkembang dan memberikan
pengalaman itulah yang diemban bangunan yang dari jauh
terlihat seperti sebuah bukit.
Wikasatrian ini secara lokasi dikelilingi oleh
beberapa gunung seperti Gede, Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Geulies,
sehingga konsep ring of fire memposisikan bangunan ini menjadi salah satu
elemen alam yang terwujud dari lapisan-lapisan yang tidak memiliki
kesamaan bentuk dan tidak sejajar sebagai representasi dari kreativitas yang tidak
terbatas. Dari sinilah nama beberapa bangunanmenggunakan kata
‘giri’. Lokasinya di Desa Pasir Angin, Gadog, Ciawi, Jawa barat ini
memberikan keleluasaan pemandangan dan luas lahan yang cukup lapang untuk
mewujudkan ruang-ruang yang bisa dimanfaatkan secara aktif untuk
menempa pribadi. Secara fasilitas, terdapat enam
wujud rupa bangun yaitu Giri Sasana, Giri Budaya, Giri Cipta, Giri Pustaka,
Wana Arena, dan Giri Boga.
Selain bentuk gunung, filosofi semar juga secara
mendalam diulik dalam proses desain. Ruang-ruang yang terwujud berupaya untuk
tetap sederhana, matang, tidak menonjolkan diri, tetapi membangkitkan sensasi
ruang yang megah dan anggun di dalamnya. Dekorasi bergaya Jawa menghiasi
beberapa detail dan sudut ruang untuk menghadirkan sebuah apresiasi terhadap
filosofi yang dimiliki oleh Semar.
Secara sekuens, arsitek berupaya
menghadirkan sensasi unik yang bisa dirasakan oleh pengunjung dan pengguna
bangunan di setiap bagian ruang serta memiliki pemandangan tersendiri yang
menyegarkan. Hamparan halaman dengan rumput di sekitarnya tidak menghilangkan
pohon-pohon peneduh yang juga dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan ruang luar
atau outbond.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar